Kepemimpinan dr Susanti dengan 8 “Podah” Raja Sang Naualuh Damanik

Sab_12_02_2022_14_25_21Salingnews.com – Pematangsiantar |

*Oleh Rado Damanik dan Dedi Wibowo Damanik

Tidak terasa roda kepemimpinan Pemerintah Kota Pematangsiantar akan segera bertransisi dan direncanakan pada 22 -23 Febuari 2022 tongkat estafet kepemimpinan Wali Kota dari Hefriansyah akan berganti kepada dr Susanti Sp.A sebagai Wakil Wali Kota sekaligus Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Pematangsiantar.

Estafet kepemimpinan ini menjadi catatan sejarah bagi kota ‘Sapangambei Manotok Hitei’ ini.

Dimana baru kali ini Wali Kota Pematangsiantar dipimpin oleh seorang perempuan sehinga wajar masih banyak yang meragukan gaya kepemimpinan dr Susanti dalam memimpin Kota Pematangsiantar 5 tahun kedepan.

Maklum saja, atensi terhadap suhu politik di Siantar agak sedikit keras dan bahkan bisa dikatakan agak bar-bar. Karena, di sinilah pernah Walikota diusulkan dua kali untuk dimakzulkan dalam satu kepimpinan.

Dan, ada dua kali berturut-turut Walikota harus masuk jeruji besi (penjara) bahkan banyak program-program Walikota harus gagal karena aksi penolakan dari masyarakat maupun Mahasiswa contohnya Ruislagh SMA N 4, Ruislagh RSU dr Djasamen Saragih, Pengusuran Pedagang, Perbaikan Pasar Horas, dan banyak lagi. Bahkan, di Siantar untuk aksi demonstrasi adalah suatu kegiatan yang lumrah jadi tontonan.

Karena, di sini bukan hanya Mahasiswa atau buruh yang melakukan demonstrasi. Guru, dosen, pelajar, Supir, serta dokter dan tenaga medis turun ke jalan itu hal biasa, belum lagi bongkar muat tempat parkiran yang menjadi ranah jatah preman atau kOKP (Kota Para Ketua) yang sulit tersentuh, ditambah hilangnya roh kepemimpinan di Siantar semasa Hefriansyah yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat Siantar alias tidak mau tahu, cuek, dan tidak punyak program dalam membenahi kota dan kemudian berdampak harus keluar dari predikat kota toleransi yang selama ini menjadi kebanggaan masyarakat Kota Siantar.

Siantar sepertinya tidak punya pemimpin sehinga untuk kemajuan kota selama 5 tahun belakangan seperti jalan ditempat. Jadi, wajar masih ada orang yang meragukan kepemimpinan dr Susanti dalam memimpin Kota Siantar.

Tapi, banyak juga masyarakat Siantar berharap jauh dari kepemimpinan dr Susanti untuk bisa memperbaiki dari ketertinggalan, mengembalikan Siantar mendapatkan predikat kota toleransi, kota pendidikan, kota persingahan dan kota yang ramah terhadap masyarakatnya.

Wajar rakyat siantar tidak sabar menunggu pelantikan Wakil Wali Kota Pematangsiantar yang baru yang sekaligus menjadi Plt Wali Kota Siantar. Itu karena rakyat sudah jenuh dengan gaya kepemimpinan Hefriansyah.

Walaupun banyak orang sadar bahwasanya Susanti adalah seorang dokter anak yang terbiasa dengan ke-lemah-lembutan dan pelayanan yang penuh kasih.
Jadi, dengan gaya seperti itu sulit rasanya menaklukan gaya politik Siantarmen yang sedikit keras bahkan menjurus kasar dan bar-bar.

Tapi, sebenarnya dengan tipe seorang Ibu yang berprofesi sebagai dokter anak dan bersuku Jawa, Susanti bisa memberikan warna baru untuk Kota Siantar.

Dengan ke-lemah-lembutan tangan seorang Ibu yang selama ini hilang dari kota Siantar, maka gaya itu bisa kita dapatkan dari seorang dr Susanti.

Gaya kepemimpinan seorang ibu sangat dibutuhkan menata Kota Siantar agar lebih baik seperti sebuah nasehat menyebutkan, “Jangan Siram Api dengan Bensin, Tapi Siramlah Api dengan Air (kelembutan)”.

Dengan gaya kepemimpinan dr Susanti yang lemah lembut adalah gaya baru bagi kota Siantar dalam hal mencapai visi dan misi.

Dan, selanjutnya dr Susanti yang berprofesi sebagai dokter anak ini menjadi modal besar bagi kepemimpinan Kota Siantar karena seorang dokter dituntut harus memiliki kemampuan dalam berkomunikasi yang baik, rasa empati yang tinggi,
keinginan yang tulus menolong pasien, sikap profesionalisme, rasa hormat, pengetahuan yang baik, ketelitian, kejujuran, dan tangungjawab.

Seorang dokter dituntut bukan hanya tahu mengobati tapi harus bisa mencegah datangnya penyakit.

Gaya kepemimpinan yang diinginkan kebanyakan masyarakat Siantar sudah pasti dimiliki seorang dokter Susanti. Artinya, dengan sendirinya gaya kepemimpinan itu sudah melekat bagi dokter Susanti dalam memimpin.

dr Susanti sudah memiliki modal kepemimpinan sebagai pemimpin di Kota Siantar dan tidak ada yang perlu diragukan lagi dari gaya kepemimpinan Susanti Dewayani seorang Ibu yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis anak.

Profesi dokter yang dijalaninya, dalam mengeksekusi sudah pasti juga penuh pertimbangan yang matang. Jadi, tak perlu diragukan lagi dan harus dipercayakan menakhodai Kota Pematangsiantar.

dr Susanti Dewayani Sp.A, sebagai pemimpin Kota Pematangsiantar terpilih diyakini pasti miliki pedoman dalam menjalankan roda pemerintahan agar terimplementasi good governance nantinya.

Kota Pematangsiantar yang memiliki motto ‘Sapangambei Manoktok Hitei’ sejauh ini dikenal penjuru nusantara adalah kota yang pernah mendapat predikat positif menjunjung tinggi toleransi umat beragama, kesukuan, dan hal lainnya.

Modal kepemimpinan yang dimiliki Dr Susanti tidak jauh dari ajaran (Podah) Raja Sang Naualuh Damanik.

Siapa Raja Sang Naualuh Damanik?
Secara singkat, Raja Sang Naualuh Damanik adalah ‘Raja Siattar’ ke-14 keturunan dari dinasti kerajaan Nagur.

Raja Sang Naualuh Damanik lahir pada tahun 1871 di Rumah Bolon (istana) di Pamatang, yang lokasinya tak jauh dari tempat pemandian (kolam) Detis Sari Indah.

Pada Tahun 1888, setelah usia 17 Tahun, Sang Naualuh Damanik diresmikan sebagai Raja Siantar ke-14.

Pada perjalanan kepemimpinannya, Sang Naualuh sangat dicintai dan menjadi teladan bagi banyak masyarakat hingga Sang Naualuh miliki ‘Podah Naualuh’ atau yang disebut juga ‘Delapan Pesan’ untuk dipedomani dalam menjalankan kehidupan.

Apa saja ‘Delapan Pesan atau Podah’ dari Raja Sang Naualuh?

1. Parholong (Pengasih)
Pengasih secara universal, seorang pemimpin selain memiliki ketegasan, harus juga memiliki sifat pengasih. Dalam roda pemerintahan nantinya, sifat pengasih ini condong sebagai pengayom ke setiap perangkat pemerintahan.

2. Parhorja (Pelayan)
Pelayan, menurut penulis, adalah orang-orang yang tulus melakukan suatu pekerjaan tanpa ada beban sedikit pun. Dalam roda pemerintahan, sifat ini juga paling penting untuk dipedomani agar dicintai masyarakat.

3. Pintor Maruhur (Jujur)
Jujur ataupun kejujuran juga penting untuk menjaga integritas seorang pemimpin agar diikuti yang lainnya dalam menjalankan pelayanan bagi masyarakat.

4. Pakkar (Berani)
Berani atau keberanian, hal ini sering dihadapkan dalam mengambil keputusan. Seorang pemimpin harus berani mengambil sebuah kebijakan atau keputusan yang tujuannya bermuara pada kesejahteraan masyarakat.

5. Iparnagodangkan (Bertanggungjawab)
Bertanggungjawab, menurut penulis, hal ini juga paling penting untuk menjaga integritas seorang pemimpin. Sebab, seorang pemimpin akan sering dihadapkan dalam mengambil kebijakan. Kebijakan yang sudah diputuskan, pemimpin itu harus berani mempertanggungjawabkan langkah-langkah kebijakan.

6. Hot Paruhuran (Teguh Pendirian)
Teguh pendirian, sedikitnya seorang pemimpin masih ada ditemukan yang dilema untuk memutuskan suatu permasalahan. Sifat ini juga penting dimiliki seorang pemimpin, agar sewaktu dihadapkan pada pilihan yang berseberangan dengan prinsip, tidak akan mengubah keteguhan hatinya dalam memutuskan sesuatu.

7. Marsipatunggungan (Saling Menghormati)
Khususnya di Kota Pematangsiantar, kota yang heterogen, memiliki keberagaman agama, suku, dan budaya, saling menghormati juga penting dalam menjaga keutuhan dan kesatuan masyarakat. Tidak ada keberpihakan dan diskriminasi agar Kota Pematangsiantar nyaman dan tentram untuk dihuni.

8. Patorsahon Horja (Membangun)
Terakhir, seorang pemimpin harus memiliki sifat membangun. Pemimpin dalam hal ini adalah sebagai promotor fundalis untuk menciptakan hal-hal baru tanpa adanya kesenjangan di sendi-sendi kehidupan masyarakat.

Modal kepemimpinan Susanti hampir mempunyai kesamaan dengan ajaran Raja Sang Naualuh Damanik. Artinya, jika gaya itu tetap diterapkan dr Susanti sudah pasti Rakyat dan Kota Siantar akan lebih baik, sejahtera, dan lebih maju.

Maka dibutuhkan semua elemen masyarakat baik organisasi Agama, Kepemudaan, LSM , media
,dan mahasiswa mengawal dr Susanti agar program-program yang sudah direncanakan dengan baik untuk kemajuan Siantar bisa berjalan dengan mulus.

Sehingga kalau pun ada niat-niat jahat dari orang-orang selama ini nyaman dengan sesuatu yang tidak baik di Kota Siantar bisa dihadang oleh masyarakat yang menginginkan Siantar lebih baik.

Artinya, dr Susanti Dewayani, Sp.A, adalah sinar matahari yang menyinari kegelapan dan sinar harus dijaga serta dikawal agar sinar terang ini tetap menyinari kota yang memiliki motto ‘Sapangambei Manoktok Hitei’. *

Mungkin Anda Menyukai